Ekspedisi Perak Talaseta 2012, Perjalanan Lingkar Generasi
- Details
- Created On Friday, 14 December 2012 14:29
- Written By Redaksi
- Category:Wisata
- Hits: 4

Talaseta (Cinta Alam Semesta) adalah organisasi Pencinta Alam di Fakultas Ekonomi, Universitas Pancasila yang didirikan pada 1 November 1987. Kiprahnya di bidang kepecintaalaman telah banyak menorehkan prestasi untuk almamaternya, seperti banyak memenangkan kejuaraan orienteering, rutin mengadakan kejuaraan wall climbing dan orienteering tingkat nasional, serta melakukan ekspedisi (mountaineering, rafting, rock climbing) ke berbagai pelosok negeri.
Memperingati 25 tahun Talaseta yang jatuh pada 1 November 2012, Talaseta mengadakan suatu kegiatan yang bertajuk “Ekspedisi Perak Talaseta 2012”.

Chairil menambahkan, “Dari serangkaian kegiatan, memang kita ingin membuat sesuatu yang lebih spesifik, mengarah kepada semi profesional, dan apa sih yang bisa kita lakukan untuk masyarakat umum atau kita involving di kepecintalaman. Jadinya, tercetuslah ide itu. Kita coba dalam kurun waktu yang singkat bisa gak? Semangatnya kan dari situ dan yang terpenting ajang silahturahmi tadi.”
Adapun 25 titik Ekspedisi Perak Talaseta 2012 adalah Tebing Citatah, Sungai Palayangan, Pulau Pramuka, Gunung Palung, Konservasi Tanjung Lesung, Gunung Dempo, Gunung Cikuray, Gunung Wayang, Gunung Papandayan, Gunung Talamau, Gunung Rinjani, Sungai Manna, Gunung Merapi, Jatim, Tebing Sepikul, Konservasi Ujung Genteng, Sungai Cikaniki, Sungai Cianten, Sungai Cisadane, Konservasi Pangandaran, Tebing Gunung Batu, Tebing Hanyawong, Sungai Cicatih, Sukabumi, Sungai Citarik, Gunung Guntur, Gunung Talaga Bodas.

Ekspedisi perak Talaseta 2012 ini ditekankan pada pencarian data dan dokumentasi sehingga tidak hanya untuk menambah pembendaharaan data di intern Talaseta namun kedepannya dengan data tersebut dapat memberikan nilai-guna, khususnya kepada daerah-daerah yang mereka jelajahi.
“Ya, memang seharusnya dengan dana yang minim kita bisa memberikan sumbangsih kepada daerah-daerah tersebut, tapi perjalanan ini merupakan cikal-bakal yang kedepannya bisa bernilai-guna untuk daerah-daerah tersebut.
“Ya, memang seharusnya dengan dana yang minim kita bisa memberikan sumbangsih kepada daerah-daerah tersebut, tapi perjalanan ini merupakan cikal-bakal yang kedepannya bisa bernilai-guna untuk daerah-daerah tersebut.
Karena kita melakukan kajian perekonomian disana, demografinya, dsb. Data yang kita dapat mungkin bisa dijadikan kajian ilmiah di fakultas ekonomi, kita bisa ajukan ke kampus untuk melakukan riset dan observasi ke daerah-daerah tersebut, dan bisa memberikan saran kepada Pemda setempat akan potensi apa yang harus digali lagi agar daerah tersebut menjadi destinasi yang menarik bagi khalayak,” papar Chairil.
Setiap titiknya memiliki kisah dan kesan tersendiri bagi individu yang mengikuti serangkaian perjalan tersebut. Tapi, ada beberapa titik yang merupakan suatu prestasi bagi Talaseta seperti Gunung Talamau, Gunung Merapi, Sungai Manna.
“Gunung Talamau merupakan gunung api aktif dengan puncak tertinggi di Sumatera Barat. Di Gunung Talamau ada 13 telaga yang masing-masing diberi nama berdasarkan beberapa cerita legenda, sayangnya diabaikan oleh pemerintah setempat padahal bila dikelola dengan baik bisa menjadi destinasi wisata yang meningkatkan PAD. Ranger-nya (pelindung hutan-red) pun tidak ada, jalur pendakiannya juga sudah lama tidak dibuka dan Talaseta membuka jalur itu.
Begitupun dengan Gunung Merapi di Banyuwangi, Jawa Timur, kan belum ada yang buka jalur lagi disana, kita kesana dan buka jalurnya.
“Nah, untuk Sungai Manna, kami melakukan pengarungan dari Tanjung Sakti – Pulau Timun. Sungainya berair jernih dan menyuguhkan pemandangan yang memesona serta jeram-jeram yang memacu adrenaline. Prestasinya adalah Sungai Manna tergolong sungai yang masih liar dan baru beberapa Mapala yang menaklukan sungai tersebut. Anggota kami yang tergabung dalam pengarung tersebut bergantian menjadi skipper (orang yang bertugas mengendalikan perahu karet-red).”
Salah satu anggota Talaseta angkatan 2006 bernama Robi yang memang asli penduduk DAS Manna, mendirikan sebuah operator bernama “Arus Ganas” karena menurutnya Sungai Manna berpotensi dijadikan wisata alam yang bisa menambah pendapatan penduduk sekitar.
Selain itu, menurut Talaseta ada daerah juga yang perlu diangkat ke permukaan, yaitu Tanjung Lesung. Tanjung Lesung yang berada di Desa Tanjung Jaya, Kec. Panimbang, Pandeglang, Banten merupakan daerah konservasi lingkungan yang masih memiliki panorama alami nan indah. Bentangan pasir putir serta beragam bentuk karang menghiasi dasar perairannya.
“Tanjung Lesung menyuguhkan wisata alam yang terawat dan bersih, hanya saja masih banyak masyarakat yang belum mengenalnya, dengan menjadikan Tanjung Lesung sebagai destinasi ekspedisi Perak Talaseta 2012 merupakan langkah awal bagi kami untuk mengenalkan potensi wisata alam ini kepada masyarakat,” tutur Syendi.
Suksesnya event massive ini selain dari solidaritas di internal Talaseta juga tak lepas dari peran pihak lain.

Syendi mengaku,“Perjalanan ini juga menemukan beberapa kendala, seperti kendala alam dan waktu. Pernah mau arung jeram di Cisangkuy, tapi kondisi sungainya kering jadi terpaksa kita alihkan dan ada beberapa juga yang kita pending karena bentrok dengan waktu perkuliahan.”
Terlaksananya Ekspedisi Perak Talaseta 2012, semakin memotivasi para anggota Talaseta untuk melakukan suatu hal yang lebih besar lagi. “Setelah 25 titik ini, obsesi kami adalah melakukan ekspedisi ke luar negeri, entah itu ‘Tujuh Puncak Tertinggi di Dunia’, ‘Tujuh Puncak Terindah di Dunia’, dan banyak lagi,” harap Syendi.(aby)
No comments:
Post a Comment