Monday, August 6, 2012

Hari Masyarakat Adat-Film Kalimantan Craft

Penulis: Rafael Edy Bosko
Kolasi: xiv, 250 halaman
Impresum: Jakarta: ELSAM,  2006
ISBN: 979-8981-18-38-3. sumber
Together, let us celebrate and recognize the stories, cultures and unique identities of indigenous peoples around the world. At the same time, let us work to strengthen their rights and support their aspirations.” Begitulah pesan dari Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon pada Hari Masyarakat Adat Sedunia yang jatuh pada tanggal  9 Agustus. Hari Masyarakat Adat Sedunia pertama kali diproklamasikan oleh Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) pada 1994. Tema tahun ini adalah “Indigenous designs: celebrating stories and cultures, crafting our own future.” Tema ini menyoroti kebutuhan untuk pemeliharaan dan revitalisasi budaya asli, termasuk seni dan kekayaan intelektual.
Peringatan Hari Masyarakat Adat Sedunia diisi dengan berbagai acara. PBB mengadakan acara pemutaran film dan diskusi. Film yang diputar adalah Kalimantan’s Craft: Harmony of Culture and Nature produksi Gekko Studio. Film ini menjadi fokus diskusi dari perayaan Hari Masyarakat Adat di seluruh dunia. Di Jakarta, peringatan Hari Masyarakat Adat diadakan di Goethe Haus dari pukul 16:00 – 18.00 WIB. Hadir sebagai pembicara: Tri Renya Altaria dari Crafts Kalimantan Network, Nanang Sujana dari Gekko Studio, Syamsul Lussa dari Kementerian Budaya dan Pariwisata dan Agus Sardjono Praktisi Hukum Universitas Indonesia.
 Film Kalimantan’s Craft bercerita tentang jaringan kerajinan Kalimantan yang dibuat oleh masyarakat adat. Hasil kerajinan masyarakat adat berupa anyaman bemban dan kain tenun. Hasil kerajinan masyarakat adat ini 

kemudian diproduksi menjadi tas dengan merek “Borneo Chic”. Film tersebut memberikan contoh positif dari masyarakat adat yang mampu menyesuaikan tuntutan ekonomi modern dan di saat yang bersamaan juga melestarikan budaya, tradisi, serta lingkungan mereka.
Film Kalimantan Crafts
Tri Renya Altaria dari Crafts Kalimantan Network mengatakan, “Dengan memadukan kebudayaan lokal dan industri kreatif, masyrakat luas dapat mengetahui budaya yang ada di Indonesia dan di saat yang sama masyarakat adat mendapatkan keuntungan.” Film adalah salah satu cara yang dipilih untuk menyebarluaskan pesan ini sekaligus memasarkan produk mereka. Tak disangka film Kalimantan’s Craft terpilih menjadi film yang akan diputarkan dan menjadi bahan diskusi pada peringatan Hari Masyarakat Adat di seluruh dunia.
Pembuat film Kalimantan’s Craft, Nanang Sujana dari Gekko Studio juga tidak menyangka bahwa film karyanya menjadi fokus dan bahan diskusi dalam perayaan Hari Masyarakat Adat Sedunia. “Ini adalah satu hal yang membanggakan, tidak hanya untuk saya tapi juga untuk Gekko Studio. Kami akan terus berkarya melalui film untuk menyuarakan masyarakat adat dan lingkungan Indonesia.”
Contoh positif yang ada telah menjadi bukti bahwa masyarakat adat mampu untuk hidup lebih baik tanpa harus merusak lingkungannya. Masyarakat adat bisa mengelola sumber daya alamnya dengan kearifan lokal serta berkelanjutan. Perayaan Hari Masyarakat Adat Sedunia ini menjadi momentum pengingat bagi kita semua untuk tetap semangat berjuang bersama agar komunitas adat lainnya di Indonesia bisa berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan bermartabat secara budaya. ( sumber )

No comments:

Post a Comment

Para Sahabat